Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

SELAMAT MENGUNJUNGI DAN MEMBACA ARTIKEL KAMI LDII BEKASI JAYA, Semoga bermanfaat dan Barokah.. Jaza Kumullohu Khoiro
CONTENT BLOGGER HERE
CONTENT TWITTER HERE
CONTENT FACEBOOK HERE

Selasa, 25 Juni 2013

Bid'ah dan Ijtihad...?

 




إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له .وأشهد أن لا إله إلا الله وحده.لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله

أما بعد

Sebelum Muslimin -Semoga Alloh Paring Barokah- Membaca Artikel Dibawah Ini, Perlu diperhatikan Beberapa Poin Penting Penjelasan Tentang: 
"Syahnya Penyampaian Ilmu Menurut Salafussholih" dan
"MANQUL, MUSNAD, MUTTASHIL DAN RO’YI/PENDAPAT"

 

Bid'ah dan Ijtihad

 

Dewasa ini banyak kelompok-kelompok muslim yang sering mengangkat isu tentang bid'ah. Namun efek dari penjelasan yang kurang detail dari sang asatidz, atau mungkin karena sang thulab yang memang kurang "nyambung" dengan penjelasan asatidz-nya, menyebabkan terminologi bid'ah menjadi sangat rancu bahkan cenderung absurd di masyarakat belakangan ini. Masih banyak orang (awam) yang belum bisa membedakan antara bid'ah, maksiat, syirik, makruh, mubah, bahkan ijtihad.

Kali ini akan saya tulis sedikit mengenai bid'ah dan ijtihad, karena perkara ini saya nilai hampir serupa/mirip, meskipun sebenarnya bedanya jauh sebagaimana langit dan sumur sat (sumur yang kering). 

Bid'ah

Menurut Imam Asy-Syatibi dalam I'tishom, bid'ah bukan saja merupakan penambahan terhadap syariat/kententuan dalam agama, khususnya yang berkaitan dengan ibadah mahdhoh (ibadah murni), tetapi juga pengurangan dan modifikasi terhadap perkara ibadah mahdhoh tersebut. Bahkan menurutnya, orang yang mengerjakan bid'ah, secara tidak sadar, orang itu telah jatuh dalam kekufuran. Sebagaimana dalil berikut:

لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ صَوْمًا وَلاَ صَلاَةً وَلاَ صَدَقَةً وَلاَ حَجًّا وَلاَ عُمْرَةً وَ لاَ جِهَادًا وَلاَ صَرْفًا وَلاَ عَدْلاً يَخْرُجُ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا تَخْرُجُ الشَّعَرَةُ مِنَ الْعَجِين
Allah tidak akan menerima puasanya orang yang berbuat bid’ah: shalatnya, shodaqahnya, hajinya, umrahnya, jihadnya, amalan fardhunya, dan amalan sunnahnya, ia keluar dari islam sebagaimana keluarnya helai rambut dari tepung adonan (bahasa Jawa: jeladren). 
- rowahu Ibnu Maajah

أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
Allah menolak untuk menerima amal perbuatan bid’ah hingga dia meninggalkan bid’ahnya. 
- rowahu Ibnu Maajah

Imam Muhammad Abdurrohman Al-Mubarokfuri, yang menyusun kitab syarah Sunan at-Tirmidzi, menerangkan lebih gamblang lagi bahwa bid'ah adalah suatu jalan di dalam agama yang dibuat-buat tanpa dalil, yang menyerupai syariat agama, dikehendaki atasnya untuk "ngepol-ngepol-kan" dalam beribadah kepada Alloh. 

Maksudnya adalah; semua perbuatan yang menyerupai ibadah namun tidak ada dalilnya dari Al Quran, Al Hadits, maupun fatwa Khulafaur-Rosyidiin. Biasanya orang yang mengerjakannya bertujuan supaya lebih khusu' atau lebih mantap. Pengertian bid'ah ini terbatas pada bentuk ibadah mahdhoh (ibadah murni) semisal sholat, wudhu, adzan, puasa, haji, dan lain-lain. 

contoh: 
Pengucapan "nawaitu..." sebelum berpuasa, wudhu, "ush-sholli..." sebelum sholat, atau menabuh bedug terlebih dahulu sebelum dimulainya adzan, dan lain-lain. 

Atau bisa jadi itu adalah perkara yang menyerupai syariat Islam, yang dimaksudkan agar lebih khusu' dan pol ibadahnya, semisal perayaan 10 harian, atau 100 harian yang dikhususkan bagi orang yang telah meninggal dunia, meski di dalam acara tersebut terkandung ucapan-ucapan yang baik semisal ucapan tahlil dan pembacaan surat Yaasin yang ditujukan untuk si mayit. Dan lain-lain.

ciri-ciri umum: 

1. perkara baru ini melekat pada bentuk-bentuk ibadah mahdhoh, dan bila tanpanya, ibadah mahdhoh tersebut dianggap tidak afdhol bahkan tidak sah. bentuknya bisa perkataan/lisan maupun perbuatan.

2. meyakini bahwa perkara tersebut adalah suatu ibadah wajib yang tidak mungkin dimansukh, karena dianggap baik atau pol.

3. karena merupakan syarat, biasanya perkara baru ini dilakukan sebelum atau ketika seseorang melakukan ibadah mahdhoh tertentu, bukan setelah ibadah mahdhoh dilakukan. 

Adapun bila dikerjakan setelah ibadah mahdhoh, itu tidak selalu berkonotasi bid'ah. Sebagai contoh, syaikh Abdul Aziz bin Baaz (Ketua Komisi Riset dan Fatwa Islam, Saudi Arabia) mengatakan bahwa berjabat tangan setelah sholat itu hanya makruh. Tetapi saat ini rancu, mengingat banyak orang yang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bid'ah yang terlarang. Hal ini tentunya serupa dengan orang yang dengan mudahnya berfatwa bahwa memberikan siraman rohani (taushiyah/nasehat basyiron wa nadziron) kepada para hadirin di mesjid/musholla setelah sholat fardhu dihukumi sebagai bid'ah.

Ijtihad

Ijtihad adalah suatu usaha untuk mencari suatu hukum dari suatu permasalahan yang sifatnya kontemporer (tidak terjadi pada masa sebelumnya) dengan menggunakan alat-alat ijtihad dalam beristinbath (proses menggali dalil-dalil yang tegas berdasar kaidah-kaidah fiqih/ushul fiqih dalam Qur'an, Hadits, dan ijma' Khulafaur-Rosyidiin).

Misalnya, pada zaman Rosuululloh shollallohu 'alaihi wasallam umat Islam yang berhaji ke baitulloh tidak seperti saat ini yang jumlahnya berjuta-juta. Akibatnya seringkali sewaktu proses jumroh, banyak ummat muslim yang meninggal/teraniaya karena terinjak-injak orang yang ingin melempar jumroh. Maka saat ini jamarat dibentuk sedemikian rupa dengan posisi yang lebih lebar dan aman daripada sebelum-sebelumnya. Ini demi kepentingan dan kemashlahatan ummat dalam melakukan ibadah kepada Alloh. 

Hal semacam ini (yang telah disepakati bersama oleh para ulama dan ahli ilmu) tidak termasuk bid'ah. Ini adalah suatu bentuk respon zaman yang memang diperlukan untuk mengatur dan menyelamatkan nyawa ummat yang seringkali melayang dalam prosesi melempar jumroh.












Siapakah yang berhak berijtihad?

Yang berhak melakukan ijtihad adalah ulil amri dan para ulama/ahli ilmu yang sangat mengerti alat-alat ijtihad semisal fasih berbahasa Arab, faqih dalam agama, banyak pengetahuan agamanya (tidak sempit), dapat dipercaya, mengutamakan mashlahat, dan bukan termasuk orang yang meninggalkan sholat 5 waktu. 

Jenis-jenis ijtihad:

1. ijma', hasil kesepakatan para ulama dan ahli agama secara bermusyawarah untuk diikuti ummat.

2. qiyas, penyamaan suatu perkara yang belum pernah terjadi dengan perkara yang sebelumnya pernah terjadi, karena dianggap mempunyai kesamaan sifat/karakteristik. qiyas diambil dalam keadaan darurat. qiyas banyak dilakukan oleh para ahli ilmu (semisal imam 4) sebelum era pembukuan kitab-kitab hadits oleh para ahli hadits. 

3. ihtisan, suatu fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ahli fiqih, karena ia merasa bahwa hal tersebut adalah benar.

4. mushalat murshalah, tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

5. sududz dzariah, tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat (muttawari'). semisal disamakannya hukum gambar mentol (timbul) dengan gambar yang tidak mentol menjadi haram demi alasan muttawari', karena banyak terjadi ikhtilaf di kalangan para ulama. 

6. istishab, tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya. hal ini banyak dilakukan oleh para ahli ilmu (semisal imam 4) sebelum era pembukuan kitab-kitab hadits oleh para ahli hadits.

7. urf, tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Qur'an dan Hadits. Misalnya: tradisi mudik pulang kampung menjelang Idul Fitri tiba, dan lain-lain.

Adapun dari masing-masing tujuh jenis ijtihad diatas, semuanya tidak boleh bertentangan dengan hukum agama atau kaidah-kaidah fiqih/ushul fiqih yang sudah jelas, tegas, dan terang (sharih).

Ijtihad yang ada pada masa kini hakikatnya tidak akan lari dari dalil-dalil sebagai berikut:

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُم مَّا كَسَبْتُمْ وَلاَ تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ 
Itulah umat terdahulu, bagi mereka adalah apa yang mereka kerjakan (perjuangkan), dan bagimu adalah apa yang kamu kerjakan (perjuangkan). Dan kamu tidak dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang mereka kerjakan.
- Surat Al Baqoroh 134

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ 
...sesungguhnya Alloh tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau merubah (memperjuangkan) keadaan diri mereka sendiri...
- Surat Ar Ro'du 11

Muncul pertanyaan, "apakah ijtihad itu harus selalu sama di masing-masing negara yang sikon-nya belum tentu sama?". Kiranya ada baiknya pula kita perhatikan tanggapan dari salah satu ulama khalaf asal jazirah Arab, syaikh Ibnu Utsaimin, mengenai ijtihad sebagai berikut:

Pertanyaan:
Kapan diakuinya perbedaan pendapat dalam masalah agama? Apakah perbedaan pendapat terjadi pada setiap masalah atau hanya pada masalah-masalah tertentu? Kami mohon penjelasan.

Jawaban:
Pertama-tama perlu diketahui, bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama umat Islam ini adalah yang terlahir dari ijtihad, karena itu, tidak membahayakan bagi yang tidak mencapai kebenaran. Nabi صلی الله عليه وسلم telah bersabda,

إِذَا حَكَمَ اْلحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ
"Jika seorang hakim memutuskan lalu berijtihad, kemudian ia benar, maka ia mendapat dua pahala. Dan jika ia memutuskan lalu berijtihad kemudian salah, maka ia mendapat satu pahala."[1]

Maka, bagi yang telah jelas baginya yang benar, maka ia wajib mengikutinya. Perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama umat Islam tidak boleh menyebabkan perbedaan hati, karena perbedaan hati bisa menimbulkan kerusakan besar, sebagaimana firman Allah, 

وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ 
"Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Anfal: 46).

Perbedaan pendapat yang diakui oleh para ulama, yang kadang dinukil (dikutip) dan diungkapkan, adalah perbedaan pendapat yang kredibel dalam pandangan. Adapun perbedaan pendapat di kalangan orang-orang awam yang tidak mengerti dan tidak memahami, tidak diakui. Karena itu, hendaknya orang awam merujuk kepada ahlul ilmi, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah سبحانه و تعالى, 

فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (An-Nahl: 43).

Kemudian pertanyaan penanya, apakah perbedaan ini terjadi dalam setiap masalah?

Jawabnya:
Tidak demikian. Perbedaan ini hanya pada sebagian masalah. Sebagian masalah disepakati, tidak ada perbedaan, alhamdulillah, tapi sebagian lainnya ada perbedaan pendapat karena hasil ijtihad, atau sebagian orang lebih tahu dari yang lainnya dalam menganalisa nash-nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Di sinilah terjadinya perbedaan pendapat. Adapun dalam masalah-masalah pokok, sedikit sekali terjadi perbedaan pendapat.

[1] HR. Al-Bukhari dalam Al-I'tisham (7325).
Rujukan: Dari fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin yang beliau tanda tangani. Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.

Demikianlah sekilas tulisan saya mengenai bid'ah dan ijtihad. Semoga kita semua tidak rancu lagi dalam membedakan antara bid'ah dan ijtihad. Bilamana masih bimbang atau belum bisa membedakan mana bid'ah mana ijtihad, maka segeralah mendekat kepada para ulama dan ahli ilmu, agar kita tidak terkecoh dalam mengarungi roda zaman yang penuh dengan hal-hal yang syubhat. Mudah-mudahan Alloh senantiasa memberikan manfaat dan barokahNya. Amiin.

Jumat, 21 Juni 2013

LDII Membangun SDM Unggul Harapan Bangsa



Upaya LDII Membangun SDM Unggul Harapan Bangsa

Upaya-upaya ldii dalam membangun generasi unggul terbagi menjadi tiga (3) upaya; Upaya Religi (Keagamaan), Upaya Psiko-Sosiologis (pendekatan dengan ilmu psiko-sosial) dan Upaya Human Resources Management (Managemen SDM).

    Upaya Religi ( Keagamaan)

Beberapa referensi menunjukkan bahwa ciri-ciri keunggulan yaitu adanya keimanan yang utuh, amal ibadah yang meliputi ibadah madhoh dan ghoiru madhoh termasuk di dalamnya akhlakul karimah yang semuanya merupakan cerminan keimanan dan amal shalih.

1.1   Keimanan yang utuh

Keimanan kepada Allah SWT adalah modal dasar pembinaan ummah. Dengan keimanan

Itu akan lahirlah individu ldii yang unggul dan masyarakat yang berbudi luhur, berdisiplin dan beramanah demi kebaikan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

“Demi masa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa manusia yang tidak rugi (beruntung) ialah mereka yang beriman beramal shalih.

Beriman kepada Allah adalah proses peralihan jiwa manusia dari menganggap dirinya bebas dari semua kekuasaan dan ikatan serta tanggung jawab, menuju kepada ketundukan mengaku tanpa syarat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Iman meliputi tiga unsur utama; pengetahuan yang mendalam, kepercayaan yang penuh dan keyakinan yang teguh. Ketiga unsur ini akan membentuk iman yang kukuh menjadi tonggak kekuatan rohaniyah yang cukup kental untuk membina jiwa dan jasmani manusia. Keteguhan iman juga merupakan penghalang baginya dari melakukan kejahatan dan maksiat.

Pelaksanaan Amal Ibadah/Shalih warga ldii

Keimanan tanpa ketaatan melalui amal ibadah adalah sia-sia. Warga ldii yang berpribadi unggul akan tergambar jelas keimanannya melalui amal perbuatan dalam kehidupan kesehariannya. Bahkan jika dikaji tujuan Allah  menjadikan manusia itu sendiri, ialah supaya beribadah kepadaNya. Firman Allah SWT :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu.”

Ibadah adalah bukti ketundukan dan kepatuhan seorang hamba setelah mengaku beriman kepada Tuhannya. Ibadah yang dimaksud disini adalah ibadah madhoh dan ghoiru madhoh. Termasuk di dalam ibadah ghoiru madhoh adalah hubungan sesama manusia.

Justru itu, bagi individu yang berpribadi unggul, seluruh aktivitas hidunya, baik hubungannya dengan Sang Pencipta ataupun dengan masyarakat adalah diyakini sebagai ibadah.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.”
 Akhlak Mulia Warga LDII (Akhlaqul Karimah)

Akhlak mulia di tekankan pada warga ldii (akhlaqul karimah) agar menjadi pribadi unggul, pribadi unggul  adalah hasil keimanan yang kental. Ini disebabkan tali ikatan yang menjalin hubungan antara individu dengan masyarakat terbentuk melalui nilai-nilai dan disiplin yang diamalkan oleh anggota masyarakat tersebut.

Sekiranya nilai yang diamalkan itu positif maka akan lahirlah sebuah masyarakat yang aman, damai, harmoni dan diselubungi roh Islami. Rasulullah SAW adalah contoh utama pembentukan akhlak.

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Dan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Beberapa nilai yang baik dalam akhlak Islami yang menjadi tonggak amalan untuk melahirkan warga ldii menjadi  manusia unggul ialah:

Jujur

Jujur adalah sifat pribadi orang iman, yang apabila berkata benar, tidak dusta, tidak menipu, polos apa adanya, walaupun pada lingkungan dan keadaan seperti apa apapun.

Firman Allah :

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan hendaklah kalian berada bersama orang-orang yang jujur.”

 Sabda Rasulullah SAW :

“Tetapilah, kejujuran, sesungguhnya jujur itu menunjukkan pada perbuatan yang baik dan sesungguhnya perbuatan baik itu menunjukkan pada surge, dan tidak henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh berusaha jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli jujur. Dan jauhilah dusta , karena dusta itu menunjukkan kepada fajir dan sesuhgguhnya perbuatan fajir mununjukkan pada neraka, dan tidak henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh berusaha dusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli dusta.”
 Penerapan Kejujuran Pada SDM Warga LDII

Kejujuran (sidiq) adalah cerminan sebuah kepribadian warga ldii yang sehat, ibarat bunga adalah melati, putih, bersih, indah, dan menebarkan bau harum di sekitarnya, dan semua orang tentu senang melihat dan ingin menciumnya. Orang yang jujur hidupnya akan tentram dan damai, oleh karena tidak ada kepalsuan dalam dirinya, tidak ada dusta, tidak menipu diri sendiri, sehingga hatinya akan tenang dan tidak wаѕ-wаѕ karena tidak ada kekhawatiran terbongkarnya sesuatu yang disembunyikan pada dirinya.

Amanah

Amanah adalah sifat mulia yang mesti diamalkan oleh setiap orang . Amanah adalah azas ketahanan umat, kehormatan dan rohnya keadilan Firmah Allah SWT :

“Maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.”

 Ikhlas

Ikhlas merupakan inti setiap ibadah dan perbuatan. Firman Allah SWT :

“Dan mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Ikhlas akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Remaja ldii  yang mengamalkan sifat ikhlas akan mencapai kebaikan dunia dan akhirat, dan mencapai kerukunan, persaudaraan, perdamaian dan kesejahteraan. Baca Selengakapnya di sini LDII

Jumat, 14 Juni 2013

Bangga

 
INGGRIS boleh bangga krna 'BAHASA' nya.
KAMBOJA boleh bangga krna 'BUDAYA' nya.
JEPANG boleh bangga krna 'TEKNOLOGI' nya.
U S A boleh bangga krna 'DUNIA ENTERTAINT' nya.
ARAB boleh bangga krna 'KA'BAH' nya.
AUSTRALIA boleh bangga krna 'KANGGURU & KOALA" nya.
PERANCIS boleh bangga krna 'MENARA EIFEL' nya.

tapi...

INDONESIA hrus lebih bangga punya ank "LDII" yng ank nya baik2, asik2, manis2, cntk2/ganteng2.all.....
Plieng PENTINK .qta haruz tTp brSyqur jDi aNag LDII. . . .g' pRlu mIndEr gRa" cAcianT yg g' pNtiNg. .. Tetap brtAhan memPeRtahan.kan hIdayah iNi. . .gAMBaTe
. SetJu.

=> salam JHOKAM LDII

Silaturahmi Ketum DPP LDII Bersama Ulama, Pejabat dan Ormas Islam

Medan (Infomas) Ketua Umum (Ketum) DPP LDII ( Lembaga Dakwah Islam Indonesia) Prof Dr KH Abdullah Syam MSc menegaskan, Organisasi Kemasyarakat (Ormas) Islam yang dipimpinnya bukanlah organisasi yang mengajarkan dan bukan pula penerus ajaran Islam Jamaah.
“Tidak benar LDII menjadi penerus ajaran Islam Jamaah. Bahkan, kita yang membina jamaah dari Islam Jamaah agar kembali kepada ajaran Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW (Al-Hadits),” katanya dalam ceramahnya pada acara silaturahminya bersama ulama, pejabat pemerintah dan pimpinan Ormas Islam di Gedung Majlis Taklim Jabal Noor Jalan Ngalengko No 13 Medan, Sabtu (27/4) malam.
Dalam acara yang dipandu Al-Ustadz Drs H Hamid Mashudi, turut hadir di antaranya Pimpinan Majlis Taklim Jabal Noor yang juga Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Medan Al-Ustadz KH Zulfiqar Hajar, Kakanwil Kemenagsu Drs H Abdul Rahim M. Hum, Ketua Komisi Ukhuwah MUI Sumut dan Medan Dr H Maratua Simanjuntak dan Drs H Hasyim Syahid, Ketua LDII Sumut dan Medan Ir H Agus Purwanto dan H Hasoloan Simanjuntak ST serta Prof Dr H Darsono dan Prof Dr H Basyaruddin MS. Sedangkan turut mendampingi Ketum DPP LDII dari Jakarta, yakni Ketua DPP LDII Dr Ir H Shobar Wiganda MSc dan Harry Sumiarto SH (Departemen Hukum & HAM).
Dalam kegiatan itu, banyak masukan yang diterima LDII melalui dialog dari audiens yang hadir untuk kemajuan Ormas Islam ini ke depan, termasuk dalam mengantisipai masih adanya tudingan dari segelintir pihak yang menganggap LDII sebagai ajaran sesat.
Sementara pada Sabtu pagi, Ketum DPP LDII KH Abdullah Syam dan rombongan meninjau lokasi pembangunan Masjid dan Pesantren Tahfizhul Quran Majlis Taklim Jabal Noor di Jalan Sei Mencirim Gang Abadi Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal, Deli Serdang.
Sebelumnya Lemkari
Menurut KH Abdullah Syam, sebelum bernama LDII, Ormas Islam ini bernama Lemkari (Lembaga Karyawan Islam) yang didirikan 1 Juli 1972. Sedangkan dalam perjalanan Ormas Islam ini mendapat sorotan dan protes dari berbagai pihak, termasuk Rudini (waktu itu sebagai Mendagri) yang organisasi ini mirip dengan Lemkari (Lembaga Karate Do Indonesia) yang dipimpinnya.
Namun, lanjutnya, pada Musyawarah Besar (Mubes) IV Lemkari tahun 1990, maka nama organisasi diubah menjadi LDII hingga sekarang yang bergerak dalam bidang dakwah dan karya. Pada tahun 2006, pihaknya bertemu dengan Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat KH Ma’ruf Amin untuk mengklarifikasi keberadaan LDII yang berubah dengan paradigma baru.
“Setelah kita jelaskan apa sebenarnya LDII dengan visi dan misinya, Bapak KH Ma’ruf Amin akhirnya menerima keberadaan kita. Jadi, sejak tahun 2006, LDII menjalankan paradigma baru sesuai keputusan Komisi Fatwa MUI Pusat. Paradigma baru ini juga dijelaskan dalam Musyawarah Nasionalnya yang dalam Rencana Staregi (Renstra) melaksanakan rencana aksi di antaranya ‘dakwah bil hal,” jelas KH Abdullah Syam yang dipercaya sebagai Ketua Umum LDII sejak tahun 1998.
Berubah dan terbuka
Sebelumnya, Al-Ustadz KH Zulfiqar Hajar menilai, keberadaan LDII saat ini sudah berubah dan terbuka, karena menerapkan paradigma baru.
Ustadz dan ulama kondang ini pada mulanya sempat menilai LDII ini sebagai organisasi yang mengajarkan ajaran sesat, namun setelah melakukan “muhibbah tabayyun” beberapa kali ke markasnya di Kediri dan Jombang, ternyata apa yang dituduhkan segelintir umat Islam bahwa LDII mengajarkan ajaran sesat-menyesatkan tidak benar. Bahkan, ada tudingan bahwa jamaah LDII tidak mau berimam dengan orang lain di luar LDII dalam salat berjamaah, itu juga tidak benar.
“Saat saya bertemu Pak KH Ma’ruf Amin di Jakarta, saya tanyakan:‘apakah LDII itu sesat?”. Beliau menjawab :‘LDII itu adalah saudara kita’.
Sementara itu, H Maratua Simanjuntak berterimasih kepada KH Zulfiqar Hajar yang mampu menjembatani silaturahmi Ketua Umum DPP LDII dengan ulama dan Ormas Islam di Sumut. Sehingga, tuduhan yang dilontarkan selama ini kepada LDII menjadi terbuka dan terjawab bahwa semua tuduhan itu tidak benar.
“Melalui silaturahami yang disambut terbuka oleh LDII, maka anggota MUI Sumut bisa masuk ke dalam LDII untuk melihat langsung kegiatan keagamaan jamaahnya,“ujarnya.

ALLAH MEMBERI KEIMANAN PADA HAMBANYA YG DIA CINTAI


إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ
يُحِبُّ

“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta. (HR.Bukhari)

Sebagian kita menyangka bahwa harta adalah segalanya. Dengan harta pun semuanya makin mudah. Bersyukur memang jika kita berharta, apalagi jika kita dapat menyalurkan harta tersebut pada jalan kebaikan. Namun bagaimana jika kita luput dari dunia. Harta kita barangkali amblas, hilang, dirampas. Sebenarnya, itu pun patut kita syukuri jika Allah masih memberi kita keimanan.

Ingatlah keimanan itu begitu berharga karena iman hanya spesial untuk orang beriman.Imanan hanya diberikan kepada hamba yang Allah pilih. Iman hanya terkhusus bagi siapa yang Allah cinta. Bedanya dengan harta, orang kafir pun bisa mendapatkan bagiannya. Lihat saja jajaran orang kaya di dunia, mulai dari Biil Gates, George soros dan Roman Abramovich. Orang beriman dan orang yang sangat kufur sekali pun sama-sama diberi harta. Sedangkan bagaimana dengan iman? Iman hanya ada pada sisi orang beriman. Maka inilah yang patut kita sykuri. Meskipun dunia tidak kita dapat, kita harus tetap bersyukur masih ada sedikit harta yang Allah beri. Meskipun harta kita terbatas, masih ada iman yang begitu berharga yang masih kita rasakan nikmatnya.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

إِنَّ اللهَ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لاَ يُحِبُّ ، وَلاَ يُعْطِي الإيْمَانَ إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ
“Sesungguhnya Allah memberi dunia pada orang yang Allah cinta maupun tidak. Sedangkan iman hanya diberikan kepada orang yang Allah cinta. (HR.Bukhari)

Syukurilah yang sedikit karena masih ada iman, nikmat tiada tara yang Allah beri. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.”( HR. Ahmad)

Iman dan takwa itu begitu berharga. Oleh karenanya, selalu mintalah pada Allah iman dan takwa. Meski hidup pas-pasan, jangan sampai iman ini digadaikan hanya karena sesuap nasi atau indomie. Mohonlah pada Allah, jangan sampai iman ini hilang di saat malaikat maut mencabut nyawa kita. Iman dan takwa itulah tanda Allah cinta. Sedangkan harta belum tentu tanda Allah cinta pada hamba.

Agar tidak banyak berulang,kami izinkan kepada semua yang ingin memanfaatkan artikel yang kami susun ini untuk disebarkan untuk tujuan dakwah. Semoga Alloh memberkahi kehidupan kita semua dalam naungan ridho Nya

Suryo – Pelari Tercepat Se-Asia Tenggara

Salah Satu Bukti Kontribusi Warga LDII Untuk Negara Indonesia

http://ldiijatim.com/suryo-pelari-tercepat-se-asia-tenggara/

Siapa nggak bangga? Sebagai anak bangsa, saya bangga sekali ketika melihat foto anak negeri terpampang di mass media. Dengan tampilan besar dan latar belakang merah putih berkibar dengan label besar, “Orang Tercepat se Asia Tenggara.” Sudah begitu, memecahkan rekor dengan medali emas untuk lari paling bergensi yaitu 100 meter putra di SEA Games XXV di Laos.

PUASA SEBENTAR LAGI

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba, sudah siapkah kita untuk menyambutnya? Bisa jadi inilah Ramadhan terakhir kita sebelum menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Betapa banyak orang-orang yang pada tahun kemarin masih berpuasa bersama kita, melakukan shalat tarawih dan idul fitri di samping kita, namun ternyata sudah mendahului kita dan sekarang mereka telah berbaring di ‘peristirahatan umum’ ditemani hewan-hewan tanah. Kapankah datang giliran kita?



Dalam dua buah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kondisi dua golongan yang saling bertolak belakang kondisi mereka dalam berpuasa dan melewati bulan Ramadhan:

Golongan pertama digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan dosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Golongan kedua digambarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش

“Betapa banyak orang berpuasa yang hanya memetik lapar dan dahaga.”(HR. Ibnu Majah)

Akan termasuk golongan manakah kita? Hal itu tergantung dengan usaha kita dan taufik dari Allah ta’ala.



Tawakal kepada Allah adalah merupakan suatu hal yang paling penting untuk menyongsong musim-musim ibadah semacam ini; untuk menumbuhkan rasa lemah, tidak berdaya dan tidak akan mampu menunaikan ibadah dengan sempurna, melainkan semata dengan taufik dari Allah.

Selanjutnya kita juga harus berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan dan supaya Allah membantu kita dalam beramal di dalamnya. Ini semua merupakan amalan yang paling agung yang dapat mendatangkan taufik Allah dalam menjalani ibadah dibulan bulan Ramadhan.



Selamat menyambut Bulan Paling Agung , Bulan Ramadhan Semoga Allah Swt selalu memberikan taufik dan hidayahNYA kepada kita semua. Aman selamat lancar dan barokah. LURUSKAN NIAT

Minggu, 09 Juni 2013

Fatwa LDII Menurut MUI

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia, ada beberapa point yang menyebabkan ke-Islaman suatu golongan di anggap sesat, seperti yang sudah di tulis di artikel sebelumnya Fatwa LDII dan Kesesatan LDII

Selain itu Kejaksaan Agung mengeluarkan Fatwa Haram, dan pelarangan terhadap aliran Jamaah Islamiyah. Dan sayangnya ada beberapa golongan yang mengalamatkan pelarangan tersebut kepada LDII, menuduh LDII adalah Jamaah Islamiyah. Hanya berupa tuduhan dan tidak punya bukti, karena memang tidak bisa dibuktikan, LDII bukan Jamaah Islamiyah!
Sekarang mari kita bertukar posisi dan balik bertanya, apa pantas orang atau golongan tukang FITNAH, masih layak di sebut umat Nabi Muhammad! apakah tidak sebaliknya mereka yang berada dalam kegelapan atau keseatan,.... satu jari menunjuk sesat ke pada LDII, sedangkan 4 jadi lainya menunjukan sesat kepada dirinya!
Tidak henti-hentinya dan tidak bosan-bosanya mereka bergunjing, menebar kebencian, menanamkan kebencian kepada masyarakat menggaung-gaungkan LDII Sesat, apa ini yang di sebut sebagai seorang hamba yang beriman??!!
Semoga rahmat Allah bersama anda saudaraku, semoga Allah melindungi anda saudaraku, sehingga saudaraku bukan dari golongan orang-orang yang di sebutkan di atas.

Fatwa LDII

Bisa kita simpulkan bersama fatwa ldii yang di keluarkan oleh MUI, bukan berisi pelarangan, fatwa pelarangan dari kejaksaan agung bukan untuk LDII. Buktinya sampai saat ini LDII masih eksis dan berkembang pesat. Seandainya Fatwa LDII dari pihak terkait menyatakan haram atau sesat pastinya sekarang sudah tidak ada lagi yang namanya LDII.

Jadilah muslim yang cerdas, jadilah muslim yang mutawari, selalu berhati-hati dalam menyikapi informasi. Puji syukur Alhamdulillah anda telah di tuntun Allah menuju blog ini, walaupun dengan gaya bahasa yang seadanya semoga bisa bermanfaat untuk anda.

Fatwa LDII menurut MUI ataupun Kejaksaan Agung bukan berisi pelarangan, atau pernyataan sesat! LDII tidak sesat, LDII tidak menyimpang, LDII berpedoman kepada Al Qur'an dan Al Hadits, Ijma + Qiyas, apakah itu sebuah kesesatan? Kalaupun itu di nyatakan sesat, lha terus yang menyatakan sesat itu sendiri memangnya berpedoman kepada apa???? babad jawa? atau Kitab Empu Gandring?
Kalau sama-sama berpedoman kepada Al Qur'an dan Al Hadits, tidak ada alasan apapun untuk menuduh LDII Sesat! dan silakan di kaji lagi Al Qur'an dan Al Haditsnya, bagaimana cara berbudi pekerti dalam menjaga Ukhwah Islamiyah.

Di Balik Tuduhan Sesat, Ada Kecemburuan Karena Ketidak Mampuan!!

Selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, kalian masih gigih berusaha menghancurkan LDII, menuduh LDII Sesat, menuduh LDII adalah wajah baru dari Jamaah Islamiyah, dan selama berpuluh-puluh tahun pula kalian hidup dalam kekecewaan, serta penderitaan yang kalian buat sendiri.

Apa itu yang dilakukan oleh seorang hamba yang beriman? yang notabene kalian menuduh LDII sesat, dan kalian yang tidak sesat, kalian yang benar dalam beribadah sebagai seorang hamba muslim.

Apakah dengan kebencian kalian bisa khusuk beribadah? apakah dengan dengki kalian tidak takut menodai keimanan kalian, atau jangan-jangan kalian sudah tidak takut lagi karena kalian tidak punya lagi keimanan?
Silakan kembali mengaji kepada guru kalian dan bertanyalah? renungkan kembali dan bertobatlah.

Kalian-kalian dengan gigih menuduh LDII sesat, menuduh LDII mengajarkan kesesatan, dengan segala daya upaya berusaha melenyapkan LDII, dari mulai membakar dan menghancurkan mesjid-mesjid LDII, sampai membantai para ulama, dai dan pengajar LDII. Mempolisikan mereka dengan tuduhan yang di buat-buat.

Seperti itukah seorang hamba yang beriman? memfitnah? menganiaya? Itukah ajaran Islam yang kalian terima dari guru-guru kalian, yang kalian anggap benar?

Apakah nahi munkar yang kalian jadikan alasan? sesungguhnya kalianlah yang perlu di amar ma'ruf.

Dalam LDII, tidak ada ajaran yang mengajarkan kebencian, tidak ada ajaran untuk saling bermusuhan, kami selalu di tekankan untuk menjadi sebagai seorang muslim dan warga negara yang baik, selalu menghargai dan menghormati orang-orang di sekitar kami.

Selama ini kami diam bukan berarti kami takut, tapi bagi kami ada hal yang lebih penting ketimbang meladeni sekumpulan orang-orang yang frustasi.Tapi jangan kuatir karena do'a kami selalu bersama  kalian, semoga Allah memberikan hidayah, dan kalian bisa menemukan kebenaran yang terang dalam Islam. Amiiien

Kemurnian Agama Islam bisa diukur dari 3 aspek:

1. Murni pedomannya yaitu Al Quran dan Al Hadist2. Murni pengamalannya, tidak dicampuri bid’ah, syirik, tahyul, dan kemaksiatan/pelanggaran
3. Murni niatnya, niat karena Allah; semata-mata bertujuan ingin masuk Surga selamat dari neraka

Dalam Al Quran dan Al Hadist telah dimuat ketentuan-ketentuan, hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perintah atau larangan, halal atau haram, pahala atau dosa dan surga atau neraka.
Umat Islam yang beribadah kepada Allah dengan berpedoman murni pada Al Quran dan Al Hadist tidak dicampuri dengan perbuatan syirik, khurofat, tahayul dan maksiat serta didasari niat karena Allah, semata-mata tujuan mencari Surga Allah dan takut akan siksa Allah berupa Neraka dijamin;

* PASTI BENAR,
* PASTI SAH,
* PASTI DITERIMA oleh ALLAH dan
* PASTI MASUK SURGA

I. Murni Pedomannya: Al Quran dan Al Hadist
Al Quran dan Al Hadist adalah pedoman agama Islam yang diakui oleh seluruh umat Islam di dunia.
Al Quran
adalah firman Allah
Al Hadist
adalah sunnah Rosulullah yang terdiri dari semua ucapan dan perbuatan Rosulullah SAW dan semua pengakuan terhadap ucapan dan perbuatan para sahabat dan yang dicita-citakan oleh Rosulullah SAW.

Firman Allah yang Maha Luhur:
1. Quran Surat Al An’am ayat 153
وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya ini (Al Quran) adalah jalanKu yang benar maka ikutilah, dan janganlah mengikuti setiap jalan, maka akan tersesat kamu sekalian dari jalan Allah”.

2. Quran Surat Azzuhruf ayat 43
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Maka berpegang teguhlah dengan apa-apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), sesungguhnya engkau berada di jalan yang benar”.

3. Quran Surat Al Hasr ayat 7
مَّا أَفَاء اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاء مِنكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan apa-apa (peraturan) yang Rasul datangkan pada kalian maka ambillah, dan apa-apa yang Rasul melarang maka jauhilah”.

4. Quran Surat An Nisa’ ayat 13
تِلْكَ حُدُودُ اللّهِ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Demikian itu undang-undang Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan UtusanNya (Allah) akan memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir dari sekitar Surga beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itu keuntungan yang luar biasa besar”.

Sabda Rosulullah SAW:

1.
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أنَّ رَسُولِ اللهِ صَلَى اللَّه عَلَيهِ وَسَلَمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابِ اللهِ وَ سُنَّةِ نَبِّهِ * رواه مالك فى الموطأ
“Aku (Nabi) telah meninggalkan kepada kamu sekalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat (pasti benarnya) selagi berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabillah (Al Quran) dan Sunah Nabi (Al Hadist)”.
Hadist riwayat Malik
2.
فَإنَّ هَذَا الْقُرْأَنْ طَرَفُهُ بِيَد اللهِ وَ طَرَفُهُ بِأَيْدِكُمْ فَتَمَسَكُوْا بِهِ، فَإِنّكُمْ لَنْ تَهْلِكُوْا وَلَنْ تَضِلّوْا بَعْدَهُ أَبَدًا * رواه الطبرانى
“Maka sesungguhnya ini Al Quran ujungnya yang satu di tangan Allah dan ujung satunya di tangan kalian, maka berpegang teguhlah pada Al Quran. Maka sesungguhnya kalian tidak akan rusak selamanya (pasti selamat) dan tidak akan tersesat (pasti benar) bila berpegang tteguh pada Al Quran”.
Hadist riwayat Thobroni
3.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ صَلَى اللَّه عَلَيهِ وَسَلَمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةُ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ ... الحديث * رواه ابن ماجه
“Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam”.
Hadist riwayat Nasa’I dari Anas bin Malik
4.
العِلْمُ ثَلَاثَةٌ وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ ءاَيَةٌ مُحْكَمَةٌ أَوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ أَوْ فَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ * رواه أبوداود عن عبدالله بن عمرو بن العاص
“Ilmu (yang wajib di cari) itu ada tiga, adapun selain dari tiga itu merupakan lebihan (tidak wajib dicari); ayat yang muhkam (Al Quran) Sunnah yang tegak (Al Hadist) atau ilmu faroid yang adil (ilmu pembagian waris)”.
Hadist riwayat Abu Dawud dari Abdulloh bin U’mar bin A’sh